🌠 Apa Itu Aswaja Dan Salafi

AbuAswaja Selasa, 10 Mei 2011 ia benar-benar telah kafir. Demikian juga orang yang mengatakan "Sesunguhnya Allah di atas 'arsy (tapi) aku tidak tahu apakah 'arsy itu di langit atau di bumi" Rupanya tatkala Abu Salafy tidak mampu untuk menemukan satu riwayatpun dari kalangan salaf dengan sanad yang shahih yang mendukung aqidah Dankesesatan mereka itu lahir dari sebab “Kembali kepada al- Qur’an dan Sunnah”, mereka merasa benar dengan caranya sendiri. Pada kaum Salafi & Wahabi, kesalahpahaman terhadap al- Qur’an dan Sunnah itu pun banyak terjadi, bahkan di kalangan mereka sendiri pun terjadi perbedaan pemahaman terhadap dalil. Dan yang terbesar adalah Adapunalamat lengkap Pondok Pesantren Durrotu Aswaja di Jl. Kalimasada Gg. Abimanyu II No. 11 A Banaran Rt. 08 Rw. 05 Sekaran, Gunungpati, Semarang (Kompleks Kampus UNNES). Informasi lebih lanjut dan detail bisa dilihat pada website resmi ponpes di sini atau whatsapp ke nomor +62 821 3429 5012 (Kang Wafda) / +62 899 0904 359 (Mbak Milla). Dan“Salaf” artinya sekelompok pendahulu atau suatu kaum yang mendahului dalam perjalanan. Allah Ta’ala berfirman, “Maka tatkala mereka membuat Kami murka, kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai contoh dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian. PembagianTauhid. Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.. Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian Sedangkanberkaitan dengan pernyataan selebaran Manhaj Salaf, bahwa hadits keutamaan Surat Yasin adalah hadits palsu dan bathil, maka para ulama seperti al-Imam Ibnu Hibban, Imam Ibnu Katsir, al-Hafizh al-Suyuthi, Imam al-Syaukani dan lain-lain telah menjelaskan bahwa tidak semua hadits-hadits tentang keutamaan Surat Yasin itu palsu dan bathil Jawaban Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah sama dengan manhaj Salaf atau Salafi atau Salafush-Shâli h. Disebut dengan manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, karena jalan kebenaran itu adalah jalan orang-orang yang berpegang teguh terhadap Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Bagikelompok salafi, aliran fiqih adalah buah pemikiran manusia, karena itu jika ingin, beribadah dengan benar, maka harus kembali pada Qur’an dan sunnah an sich. Karena sikap ini, salafi menjadi gerakan yang sangat konservatif, puritan dalam gaya hidup dan belajar agama secara informal di masjid (halaqoh) yang bukan berbasis wahabi dan SemuaAmaliah NU itu Ma’tsurat atau ada landasan hukumnya. itulah kesan yang muncul bila membaca buku Fiqh Tradisionalis ini. Buku Benteng Aswaja, Menolak Faham Salafi bisa Anda dapatkan di dan Hizbut Tahrir (HTI). Dari beberapa kelompak dan aliran ini, ajaran amaliahnya jauh berbeda dengan apa yang selama ini menjadi tradisi di BukuPanduan Sekolah Aswaja 1. Sejarah Teologi Islam & Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah 1 SEJARAH TEOLOGI ISLAM DAN AKAR PEMIKIRAN AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM: SEJARAH, AJARAN & PERKEMBANGANNYA GENEOLOGI PEMIKIRAN ASWAJA DI INDONESIA DALIL AMALIAH KEAGAMAAN KAUM KelompokSalafi, pasca generasi awal kaum Muslim itu, tidaklah dibatasi atau ditujukan kepada jamaah organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan sebagainya. Di zaman ini istilah oleh kelompok tertentu Salafi dimaknai hal negatif, ketika dikaitkan dengan kelompok Muslim tertentu yang “tegas” dalam menegakkan Padasaat sekarang ternyata masih ada orang yang belum faham apa itu ahlus sunnah wal jama'ah (ASWAJA) dan bagaimana ahlus sunnah wal jama'ah (ASWAJA). yaitu dengan menanamkan benih-benih permusuhan dan rasa sentiment pada para ulama' salaf dan golongan yang tidak sefaham dengan mereka. 3. Faham Ahmadiyah 3QaVt. – Jika kita mendengar kata Salafi, pikiran kita sangat mungkin akan tertuju pada sekelompok umat Islam yang berjenggot tebal-panjang dan bercelana cingkrang. Ustadz-ustadz mereka sering kita jumpai di medsos. Tentu, di antara ciri khas yang melekat pada mereka adalah menyesatkan, membidahkan, bahkan mengkafirkan amaliah Aswaja, khususnya NU. Secara umum, mereka lebih senang dipanggil Salafi dari pada Wahabi. Mereka mengklaim sebagai pengikut ulama salaf yang kemudian lebih pantas dipanggi Salafi. Padahal mereka ini adalah Wahabi karena mengikuti Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Sedangkan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab w 1792 bukan ulama ulama-ulama Salafi Wahabi di masa lalu bangga dengan nama Wahabi. Kebanggaan ini terbukti dengan kita yang mereka tulis al-Hadiyah al-Sunniyah wa at-Tuhfah al-Wahhabiyah an-Najdiyah. Syekh Bin Baz juga menegaskan bahwa Wahabi adalah pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Mereka menyebut dirinya dengan “Salafi” itu karena ada niat sisi lain, kata “Salaf” juga sangat akrab di kalangan Ahlussunnah wa al-Jamaah, termasuk NU. Kata “Salaf” tersebar dalam kitab ulama-ulama yang dipelajari oleh Aswaja NU. Kata salaf juga sering kita dengar dari kiai NU. Bahkan, pondok pesantren Aswaja NU, ada yang dikenal dengan pesantren apa perbedaan antara Salaf versi Wahabi dan Salaf versi Aswaja NU? Hal ini perlu diterangkan agar orang awam tidak bingung. Bahkan, orang-orang Wahabi tidak hanya mengaku pengikut salaf, tapi juga mengaku sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam waktu yang sama menuduh Aswaja yang asli sebagai ahli bidah, sebagaimana yang sering mereka tuduhkan kepada amaliyah aswaja NU. Siapakah Ulama Salaf?Ulama salaf adalah ulama-ulama yang hidup di tiga abad pertama Hijriyah, yaitu ulama-ulama yang hidup di masa Nabi Muhammad SAW sampai 300 tahun setelah itu. Hal ini berlandaskan kepada hadis Rasulullah SAW,خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ“Sebaik-baik kalian adalah masaku. Kemudian disusul oleh generasi berikutnya. Kemudian disusul oleh generasi selanjutnya..” HR. Al-Bukhari Namun yang perlu digarisbawahi, pemahaman ulama-ulama salaf itu mesti sesuai dengan al-Quran dan Hadis sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Orang-orang yang hidup di tiga abad pertama, tapi melenceng dari ajaran Rasulullah SAW tidak bisa disebut ulama salaf. Misal, sekte Musyabbihah sekelompok orang yang menyamakan Allah swt dengan makhluk.Salaf Ahlussunnah Wal Jamaah NUPengikut ulama salaf ini juga disebut dengan istilah Ahlussunnah wa al-Jamaah. Lalu siapakah Salaf Ahlussunnah wa al-Jamaah ini? KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama menulis dalam kitabnya, Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah,فمنهم سلفيون قائمون على ما عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين والتمسك بالكتب المعتبرة المتداولة، ومحبة أهل البيت والأولياء والصالحين، والتبرك بهم أحياء وأمواتا، وزيارة القبور وتلقين الميت والصدقة عنه واعتقاد الشفاعة ونفع الدعاء والتوسل وغير ذلك “Di antara mereka adalah Salafiyun orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada ulama salaf yang berpegang teguh pada ajaran ulama-ulama salaf. Mereka bermazhab kepada satu mazhab tertentu dan berpegang teguh pada kitab-kitab muktabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi Muhammad para habib, para wali dan orang-orang salih. Selain itu, juga bertabarruk dengan mereka, baik ketika masih hidup atau setelah wafat, berziarah kubur, melakukan talqin pada mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya.”KH. Hasyim Asy’ari juga menjelaskan konsep Aswaja dalam Qanun Asasi. Menurut beliau, arti Aswaja mencakup tiga aspek akidah, fikih dan akhlak. Dalam akidah, Aswaja mengikuti mazhab Asy’ariyah dan Maturidiyah. Dalam fikih mengikuti mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Dalam akhlak tasawuf mengikuti al-Imam al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Oleh karenanya, jika ada paham yang keluar dari pemahaman ulama-ulama di atas, maka ia bukan Ahlussunnah wa yang diungkapkan oleh KH. Hasyim Asy’ari ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh ulama-ulama terdahulu. Misalnya al-Imam az-Zabidi, beliau menjelaskan bahwa jika kata Ahlussunnah wa al-Jamaah diucapkan, maka yang dimaksud adalah pengikut Asy’ariyah dan dipahami dari premis-premis di atas bahwa sejak dulu, yang dimaksud Ahlussunnah wa al-Jamaah itu adalah pengikut Asya’ri dan Maturidi, bukan pengikut Ibnu Taimiyah dan Syekh Abdul Wahhab, alias wahabi. Salafi WahabiLalu siapakah Salafi wahabi? Di dunia Islam, juga di Indonesia, banyak sekelompok orang yang mengaku Salafi, pengikut ulama salaf, padahal sebenarnya pengikut Syekh Ibnu Taimiyah dan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab. Oleh karenanya, sangat tidak cocok ketika mereka menamakan dirinya sebagai salafi. Sebab, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab hidup sekitar abad ke-18 dan Syekh Ibnu Taimiyah hidup di sekitar abad ke-8. Keduanya jelas bukan ulama akidah, Salafi Wahabi mengikuti pendapat Ibnu Taimiyah yang membagi tauhid menjadi tiga tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat. Pembagian tauhid ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, sahabat, dan ulama salaf. Anehnya, mereka tidak menuduhnya fikih, mereka mengaku ikut mazhab Hanbali, padahal hanya sebagian saja. Sebaliknya, dalam banyak ceramah, sebagian ulama mereka mengaku tidak bermazhab dan langsung kembali pada al-Quran dan Hadis. Yazid Jawwas bahkan mengatakan, “Beragama itu dengan dalil. Bukan dengan mengikuti imam-imam.” Perkataan ini banyak ditemukan di sosial media. Sebenarnya, ajakan untuk kembali kepada al-Quran dan Hadis ini propaganda mereka agar umat pindah mazhab. Yaitu, dari mazhab ulama salaf Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali ke mazhab Salafi Wahabi yang tidak Salafi Wahabi sama sekali tidak mau pada pendapat ulama salaf seperti Imam al-Syafi’i? Faktanya, sebagaian Salafi Wahabi mau mengutip pendapat ulama-ulama salaf, tapi yang sesuai dengan pendapat Salafi Wahabi ini tidak segan mengubah kitab-kitab ulama agar sesuai dengan mazhab mereka. Kadang, mereka juga membuat kebohongan pada ulama salaf. Misal, mereka mengatakan bahwa Imam al-Syafii berpendapat Allah SWT di atas Arsy. Hal ini terkait al-Quran Surat Thaha ayat 5,الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى“Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy.” QS. Thaha 5Klaim bahwa Imam al-Syafi’i berpendapat seperti di atas adalah kebohongan yang nyata, karena menurut riwayat yang sahih yang banyak ditemukan di kitab-kitab, Imam Syafi’i memilih konsep tafwidh terhadap ayat mutasyabihat seperti di atas, yaitu diam, pasrah dan menyerahkan arti istiwa’ bersemayam kepada Allah SWT. Jika anda bertanya-tanya, mana yang lebih baik antara Salafi, Wahabi, Aswaja, Suni & Syiah, saya telah jelaskan masing-masing aqidah dari kelompok Islam diatas Baca Apa & Siapa itu Sunni, Syiah, Salafi, Wahabi dan Aswaja?. Sebenarnya masih ada banyak lagi kelompok dalam Islam, tapi manakah yang terbaik diantara semuanya? Allah subhanahu wa ta’ala telah menjawab pertanyaan itu dalam firmannya di Qs Al-An’am 159 إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu Muhammad kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Qs Al-An’am 159] dan QS Ar-Rum 30-32 {فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 30 مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ 31 مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ 32 } Artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [QS Ar-Rum 30-32] Jadi, dari dua ayat diatas saja kita sudah tahu bahwa muslim yang paling baik di mata Allah Subhanahu wa ta’ala adalah muslim yang tidak membuat kelompok dan / atau masuk ke dalam golongan-golongan maupun kelompok-kelompok. Sebaik-baik Muslim adalah mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok Salafi, Wahabi, Aswaja, Sunni dan Syiah, termasuk juga organisasi NU, FPI, Banser, GP Anshor, dan kelompok-kelompok lainnya. Masing-masing Kelompok Merasa Paling Benar! Setiap kelompok Islam ini mengklaim bahwa kelompoknya-lah yang paling benar dan merasa bangga dengan kelompok yang ia masuki. Aswaja mengklaim bahwa kelompok mereka paling benar, Tariqat mengatakan bahwa kelompok mereka paling dekat dengan Allah, Kelompok Salafi menyebut kelompok mereka berada di jalan Islam yang lurus dan murni. Tapi, apakah diantara mereka ada yang paling benar? Bukan, bukan “Wallahualam” jawabannya. Karena muslim yang berfikiran terbuka, yang berbicara dengan iman, yang menggunakan logika, mereka akan menemukan jawaban siapa paling benar! Siapa Paling Benar? Jika kamu mengklaim kelompok Islam-mu yang paling baik, paling benar dan paling lurus, sekarang saya tanya kepadamu mana yang lebih baik antara Aswaja/Sunni atau rasulmu Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam? Kamu pasti menjawab Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Jika kamu mengaku “Salafi” paling benar, maka saya tanya padamu mana yang lebih benar antara Salafi dengan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam? Kamu pasti menjawab Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Kalau begitu kenapa kamu tidak menyebut dirimu sebagai “Muhammadi”? [1] Ini lebih baik! SideNote[1] “Salaf” singkatan dari “Shalafus Shalih”, yaitu mengikuti orang-orang sholeh terdahulu. Orang-orang pengikutnya disebut dengan “Salafi” Salaf + i. Sekarang saya tanya kembali siapa yang paling superior, paling benar, paling segalanya antara Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Kamu pasti menjawab Allah. Lalu saya tanya kembali, Allah menyebut orang yang tunduk kepadanya dengan istilah apa? Kamu pasti menjawab “Muslim“. Kalau begitu kenapa kamu tidak menyebut dirimu “Muslim” saja, karena “Muslim”lebih superior, lebih tinggi, lebih benar dan lebih lurus dari pada Aswaja, Salafi, Sunni, Syiah dan kelompok-kelompok Islam lainnya? Jadi, jika kamu ingin memberikan label atau nama kelompok-kelompok pada agama Islam-mu, antara Salafi, Wahabi, Sunni, Aswaja atau Tariqat, maka yang terbaik adalah Muhammadi. Dan dari pada menyebut diri Muhammadi, maka yang terbaik dari yang terbaik adalah dengan menyebut dirimu Muslim! Dan untuk diriku, aku lebih memilih menyebut diriku sebagai MUSLIM Kemarin muslim, sekarang muslim, dan saat matipun aku akan mati sebagai seorang MUSLIM! Bismillah, Salafy adalah mereka yang setidaknya faham dan mengamalkan beberapa nash ini Allah Azza wa jalla berfirman ”Berpeganglah kamu semua pada tali Allah Al Qur’an dan Sunnah, dan janganlah kamu berpecah belah” Al Qur’an. Surat Ali Imron 103 “ Hai orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan Ulil Amri diantara kamu, Kemudian jika kamu berlainan/berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Kitabullah Al Qur’an dan Rasul Sunnahnya jika kalian benar2 beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.” Al Qur’an. Surat An Nisa’ 59 “Katakanlah , "Inilah jalan ku, aku dan orang-orang yang mengikuti ku menyeru kalian kepada Allah Ta`ala dengan ilmu yang nyata .Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk oarng-orang yang musyrik” QS. Yusuf 108 “Wahai orang2 yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan Total, dan jangan kamu ikuti langkah2 syetan, sesungguhnya ia syetan adalah musuhmu yang nyata” QS. Al Baqoroh ayat 208 Dari Mu’awiah Radhiallahu anhu, ia berkata Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam berdiri diantara kami lalu bersabda “Ketahuilah bahwa umat sebelum kalian dari golongan ahli kitab berpecah-pecah menjadi 72 firqoh/golongan, dan sesungguhnya umatku sampai dengan hari kiamat nanti akan terpecah menjadi 73 firqoh/golongan, dimana dari 73 golongan ini, yang 72 golongan terancam neraka dan hanya satu golongan yang menjadi ahli surga. Ketika para sahabat bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang siapa golongan yang hanya satu itu, Rasulullah menjawab “Al jama’ah, yang aku dan para sahabatku ada diatasnya/berpijak pada sunnahku”. SHAHIH, Riwayat Ahmad, Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albani Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan dalam urusan agama yang bukan datang dari kami Allah dan Rasul-Nya, maka tertolaklah amalnya itu”. SHAHIH, riwayat Muslim Juz 5,133 Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Amma ba’du! Maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah Al-Qur’an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dan sejelek-jelek urusan adalah yang baru / yang diada-adakan Muhdast dan setiap yang muhdast adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” SHAHIH, riwayat Muslim Juz 3, 11, riwayat Ahmad Juz 3, 310, riwayat Ibnu Majah no 45 Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Syetan telah berputus asa untuk disembah dinegri kalian, tetapi ia senang ditaati menyangkut hal selain itu diantara amal perbuatan yang kalian anggap sepele, maka berhati-hatilah. Sesungguhnya aku telah meninggalkan/mewariskan pada kalian apa2 yang jika kalian berpegang teguh padanya, maka kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah NabiNya” HASAN, riwayat Bukhari, Muslim, Al Hakim, Adz zahabi, Albani Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, patuh dan taat walaupun dipimpin budak Habasyi, karena siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah pada Khulafaur Rasyidin yang memberi petunjuk berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang baru yang diada-adakan kepada hal-hal yang baru itu adalah kebid'ahan dan setiap kebid'ahan adalah kesesatan”. [SHAHIH. Dawud 4608, At-Tirmidziy 2676 dan Ibnu Majah 44,43,Al-Hakim 1/97] “Aku tinggalkan kalian di atas jalan yang putih, malamnya bagaikan siangnya, tidak ada seorang pun sepeninggalku yang berpaling darinya melainkan ia akan binasa….”[SHAHIH. HR Ibnu Majah 1/16 no. 43 dan lain-lain, dari hadits Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu anhu. Ini lafazh dalam Sunan Ibnu Majah. Lihat juga As-Silsilah Ash-Shahihah 2/610 no. 937] Sedangkan ASWAJA, mereka menyandarkan pemahaman mereka kepada tokoh yang mereka anggap sebagai pencetus faham mereka ini yaitu Abu Al Hasan Asy 'ariy dan Al Maturidi. Mereka sebenarnya boleh jadi faham dengan dalil2 diatas, namun mereka memahaminya dengan sudut faham yang lain, dengan pemahaman yang berbeda, dimana mereka menganggap dan meyakini adanya bid'ah hasanah. Oleh sebab itu mereka banyak mengamalkan hal2 bid'ah hasanah yang menurut mereka TIDAK ADA DALIL LARANGANNYA, seperti tahlilan, yasinan, maulidan, ngalap berkah, sholawatan, niat sholat pake usholli dan lain2 banyak sekali ragamnya. Mereka juga berkeyakinan bahwa Allah bukan diatas Arasy, namun bagi mereka Allah adalah ada pada segala tempat tanpa arah. CONTOH makhluk 'ASWAJA’ yang bisanya cuma berkata2 tapi tidak mampu mempertanggungjawabkannya, aswaja style, banyak bicara, ketika ditanya, diam seribu bahasa, atau jika merespon pun, isinya tidak jauh dari celaan, hinaan, dan hahahihi, mari kita sama sama buktikan perkataan saya, apakah makhluk ini berilmu ? ataukah sama saja dengan habitatnya, makhluk tercela yang suka mencela ulama dan jaahil bodohnya mungkin bukan kuadrat lagi, tapi lebih bodoh dari orang bodoh itu sendiri ciri ciri ASWAJA’ aliran warisan jahiliyah 1. lidahnya ga pernah berhenti menyebut kata wahabi’ –> perhatikan setiap postingan dan komen2nya, selalu saja menyebut/menulis kata wahabi’, sepertinya mereka cinta’ sekali dengan kata ini, tapi ya itu, mereka itu sebenarnya cinta dengan kata wahabi’ ini, tapi mereka cuma enggan’ mengakuinya.. D 2. sasarannya random ada yang menasihati dia, pasti disebutnya wahabi’ –> ga percaya ? silahkan lihat postingan atau komen2nya, ada foto orang arab lagi ngapain, langsung di post sama dia dan dikatakan wahabi, atau ada yg ngebom ga jelas di negeri ini, mereka menyebutnya, itu wahabi, ada yang menasihati agar mereka berbicara dengan adab, lagi lagi mereka mengatakan orang itu, wahabi’, intinya, siapapun yang menasihati mereka dan melakukan perkara-perkara yang buruk, mereka langsung otomatis’ menyematkan kata wahabi’ terhadap perkara tersebut 3. perhatikan cara interaksinya jauh sekali dari adab dan etika –> kalau yang ini udh ga perlu diragukan lagi, silahkan kunjungi postingan2nya, dan lihat komen2 disana, isinya semua tidak jauh dari hinaan, ejekan, hujatan, dan kata2 kotor lainnya, sungguh sangat bertolak belakang dengan klaim mereka yaitu ahlus sunnah’, masa ada ahlus sunnah komennya kayak gitu ? hanya orang berakal yang mampu melihat kebodohan ini, dan hanya orang bodoh kuadrat yang percaya dan membenarkan apa yang mereka klaim sebagai kebenaran 4. ketika diajak diskusi mereka tiba tiba diam, menghina, atau berputar-putar ini biasanya dari kalangan sufi –> sungguh perkara yang sangat sia-sia mengajak mereka bicara baik2 dan berdiskusi, karena 3 hal diataslah yang akan mereka terapkan, ga percaya ? buktikan sendiri, ajaklah mereka berdiskusi satu satu di postingan mereka, pasti yang akan anda terima adalah hinaan, makian, ejekan, tertawaan, setelah itu mereka asyik berputar2 seputar 3 hal itu dan akhirnya kalian akan membuang-buang waktu meladeninya 5. coba tanyakan apa itu wahabi’ mereka tidak akan mampu menjawabnya dengan benar –> kenapa ? karena mereka memang jaahil bodoh, cuma modal internet sama bodoh’ aja, jadi ketika kita tanya, “bisa dijelaskan kepada saya apa itu wahabi? “, mereka pasti tidak akan mampu menjawabnya, dan lagi lagi, anda akan menerima apa yang sudah saya jelaskan di point 6. buat mereka semua perkara dalam ibadah yang baru itu baik atau bid’ah hasanah padahal semua bid’ah itu sesat, dan yang namanya sesat mana ada yang hasanah baik iya toh??? –> Buktinya apa ? lihat saja, mereka meminta-minta kepada mayit, mereka katakan ini baik hasanah, merayakan ultah Rasul, mereka katakan ini baik, bentuk cinta katanya, padahal para shahabat radhiyallahu anhum yang begitu cinta sama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ga pernah tuh ngerayain, Rasulullah aja ga pernah ngerayain ultahnya nabi2 terdahulu, even orangtua beliau, tapi ketika ditanya, ada yg bilang, loh apa salahnya, kan cuma ngerayain, itu kan bukan ibadah, tapi kenyataannya ?? didalam acara maulid diisi dengan ibadah, lah semua ibadah butuh dalil, sedangkan ibadah yg mereka lakukan di dalam maulid tanpa dalil, lantas ini bagaimana ? dan masih banyak lagi segala perkara2 yang bahkan jatuh kepada syirik mereka klaim sebagai bid’ah hasanah sesat yang baik, sekarang silahkan tanya kepada anak kecil, “nak… apakah ada kesesatan yang baik?” anak kecil pun akan bingung, karena fitrah dari akal manusia itu adalah menolak segala bentuk keanehan, begitu juga dengan sesat yang baik’, apakah kalian yang jauh lebih dewasa lebih bodoh dari anak kecil ? silahkan kembali berfikir, sesat yang baik ? come on 7. jika ada yang berhujjah pun hujjah nya lemah bagai sarang laba-laba –> Biasanya mereka memakai dalil dari hadits2 dhoif, palsu, kata’ kata kyai saya, kata ustad saya, kata Habib saya, hawa nafsu bukankah baik, daripada, apakah salah, dan jika mereka menggunakan dalil yang shahih pun, lihat pemahamannya = pasti bathil, mereka memahami nash sesuai nafsunya sendiri tanpa merujuk kepada ulama Salaf yang mengikuti umat terdahulu yang berada di atas kebenaran, silahkan buktikan sendiri perkataan saya ini === Adapun Wahabi adalah sebutan "tuduhan” bagi mereka2 berpegang teguh pada as sunnah dan memerangi syirik sebagaimana dakwah yang di canangkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang mana dakwah beliau adalah memurnikan Islam yang “Anti Syirik” dan “Anti Bid'ah”. Sebutan tuduhan “wahabi” ini di prakarsai oleh musuh2 dakwah tauhid yang mana mereka adalah “Ahlul bid'ah” dan"Ahlusy Syirik" SIAPA PENCETUS PERTAMA ISTILAH WAHHABI? Suatu hal yang jelas bahwa Inggris merupakan negara barat pertama yang cukup interest menggelari dakwah ini dengan “Wahhabisme”, alasannya karena dakwah ini mencapai wilayah koloni Inggris yang paling berharga, yaitu India. Banyak ulamâ` di India yang memeluk dan menyokong dakwah Imâm Ibn Abdil Wahhâb. Juga, Inggris menyaksikan bahwa dakwah ini tumbuh subur berkembang dimana para pengikutnya telah mencakup sekelompok ulamâ` ternama di penjuru dunia Islâm. Selama masa itu, Inggris juga mengasuh sekte Qâdhiyânî dalam rangka untuk mengganti mainstream ideologi Islam. [Lihat Dr. Muhammâd ibn Sa’d asy-Syuwai’ir, Tashhîh Khathâ’ Târîkhî Haula`l Wahhâbiyyah, Riyâdh Dârul Habîb 2000; hal. 55]. Mereka berhasrat untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka di India dengan mengandalkan sebuah sekte ciptaan mereka sendiri, Qâdhiyânî, yaitu sekte yang diciptakan, diasuh dan dilindungi oleh Inggris. Sekte yang tidak menyeru jihad untuk mengusir kolonial Inggris yang berdiam di India. Oleh karena itulah, ketika dakwah Imâm Ibn Abdil Wahhâb mulai menyebar di India, dan dengannya datanglah slogan jihad melawan penjajah asing, Inggris menjadi semakin resah. Mereka pun menggelari dakwah ini dan para pengikutnya sebagai Wahhâbi’ dalam rangka untuk mengecilkan hati kaum muslimin di India yang ingin turut bergabung dengannya, dengan harapan perlawanan terhadap penjajah Inggris tidak akan menguat kembali.* Banyak Ulamâ` yang mendukung dakwah ini ditindas, beberapa dibunuh dan lainnya dipenjara.** Catatan * Hunter dalam bukunya yang berjudul “The Indian Musalmans” mencatat bahwa selama pemberontakan orang India tahun 1867, Inggris paling menakuti kebangkitan muslim Wahhâbi’ yang tengah bangkit menentang Inggris. Hunter menyatakan di dalam bukunya bahwa “There is no fear to the British in India except from the Wahhabis, for they are causing disturbances againts them, and agitating the people under the name of jihaad to throw away the yoke of disobedience to the British and their authority.” [“Tidak ada ketakutan bagi Inggris di India melainkan terhadap kaum Wahhâbi, karena merekalah yang menyebabkan kerusuhan dalam rangka menentang Inggris dan mengagitasi membangkitkan semangat umat dengan atas nama jihâd untuk memusnahkan penindasan akibat dari ketidaktundukan kepada Inggris dan kekuasaan mereka.”] Lihat Hunter, “The Indian Musalmans”, di London Trűbner and Co., 1871; Calcuta Comrade Publishers, 1945, 2nd edn.; New Delhi Rupa & Co., 2002 Reprint ** Di Bengal selama masa ini, banyak kaum muslimin termasuk tua, muda dan para wanita, semuanya disebut dengan “Wahhâbi” dan dianggap sebagai “pemberontak” yang melawan Inggris kemudian digantung pada tahun 1863-1864. Mereka yang dipenjarakan di Pulau Andaman dan disiksa adalah para ulama dari komunitas Salafî-Ahlul Hadîts, seperti Syaikh Ja’far Tsanisârî, Syaikh Yahyâ Alî 1828-1868, Syaikh Ahmad Abdullâh 1808-1881, Syaikh Nadzîr Husain ad-Dihlawî dan masih banyak lagi lainnya. Muhammad Ja’far, Târikhul Ajîb dan Târikhul Ajîb – History of Port Blair Nawalkshore Press, 1892, 2nd edition. Suatu hal yang perlu dicatat, di dalam surat-surat dan laporan-laporan yang dikirimkan kepada ayah tirinya dan pemerintahan Utsmâniyyah Ottomans, Ibrâhîm Basyâ Pasha, anak angkat Muhammad Alî Basyâ Pasha, juga menggunakan istilah Wahhâbi, Khowârij dan Bid’ah Heretics’ untuk menggambarkan dakwah Muhammad Ibn Abdul Wahhâb dan Negara Saudî [Lihat ibid, hal. 70]. Hal ini, tentu saja, terjadi sebelum Ibrâhîm Basyâ memberontak dan menyerang khilâfah Utsmâniyyah dan hampir saja menghancurkannya di dalam proses pemberontakannya. Dr. Nâshir Tuwaim mengatakan “Kaum Orientalis terdahulu, menggunakan istilah Wahhâbiyyah, Wahhâbî, Wahhâbis’ di dalam artikel-artikel dan buku-buku mereka untuk menyandarkan menisbatkan istilah ini kepada gerakan dan pengikut Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhâb. Beberapa diantara mereka bahkan memperluasnya dengan memasukkan istilah ini sebagai judul buku mereka, semisal Burckhardt, Brydges dan Cooper, atau sebagai judul artikel mereka, seperti Wilfred Blunt, Margoliouth, Samuel Zwemer, Thomas Patrick Hughes, Samalley dan George Rentz. Mereka melakukan hal ini walaupun sebagian dari mereka mengakui bahwa musuh-musuh dakwah ini menggunakan istilah ini untuk menggambarkannya, padahal para pengikut Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhâb tidak menyandarkan diri mereka kepada istilah ini. * Margoliouth sebagai contohnya, ia mengaku bahwa istilah Wahhâbiyyah” digunakan oleh musuh-musuh dakwah selama masa hidup pendiri’-nya, kemudian digunakan secara bebas oleh orang-orang Eropa. Walau demikian, ia menyatakan bahwa istilah ini tidak digunakan oleh para pengikut dakwah ini di Jazîrah Arab. Bahkan, mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai “Muwahhidŭn”. [ Margoliouth, Wahabiya, hal. 618, 108. Artikel karya Margoliouth yang berjudul Wahhabis’ ini juga dapat ditemukan di dalam The First Encyclopaedia of Islam, 1913-1936 New York Brill, 1987 Reprint , karya Houtsma, Arnold, R. Basset, R. Hartman, Wensinck, Gibb, W. Heffening dan E. Lêvi-Provençal ed dan The Shorter Encyclopaedia of Islam Leiden and London Brill and Luzac & Co., 1960, hal. 619 karya Gibb, Kramers dan E. Lêvi-Provençal ed. Artikel ini juga dicetak ulang dalam o Reading, UK Ithaca Press, 1974 o Leiden Brill, 1997 o Dan cetakan pertama, Leiden and London Bril and Luzac & Co., dan New York Cornel University Press, 1953.] Biar bagaimanapun, siapa saja yang menggunakan istilah ini , baik dari masa lalu sampai saat ini, telah melakukan beberapa kesalahan, diantaranya * Mereka menyebut dakwah Muhammad bin Abdul Wahhâb sebagai Wahhâbiyyah’, walaupun dakwah ini tidak dimulai oleh Abdul Wahhâb, namun oleh puteranya Muhammad. * Pada awalnya, Abdul Wahhâb tidak menyetujui dakwah puteranya dan menyanggah beberapa ajaran puteranya. Walau demikian, tampak pada akhir kehidupannya bahwa beliau akhirnya menyetujui dakwah puteranya. Semoga Alloh merahmatinya. Musuh-musuh dakwah, tidak menyebut dakwah ini dengan sebutan Muhammadiyyah –terutama semenjak Muhammad, bukan ayahnya, Abdul Wahhâb, memulai dakwah ini- karena dengan menyebutkan kata ini, Muhammad, mereka bisa mendapatkan simpati dan dukungan dakwah, ketimbang permusuhan dan penolakan. Istilah “Wahhâbi”, dimaksudkan sebagai ejekan dan untuk meyakinkan kaum muslimin supaya tidak mengambil ilmu atau menerima dakwah Muhammad ibn Abdul Wahhâb, yang telah digelari oleh mereka sebagai mubtadi’ ahli bid’ah yang tidak mencintai Rasulullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam. Walaupun demikian, penggunaan istilah ini telah menjadi sinonim dengan seruan dakwah untuk berpegang al-Qur`ân dan as-Sunnah dan suatu indikasi memiliki penghormatan yang luar biasa terhadap salaf, yang berdakwah untuk mentauhîdkan Allôh semata serta memerintahkan untuk mentaati semua perintah Rasulullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam. Hal ini adalah kebalikan dari apa yang dikehendaki oleh musuh-musuh dakwah. [Lihat Qodhî Ahmad ibn Hajar Alu Abŭthâmi al-Bŭthâmi, Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhâb His Salafî Creed and Reformist Movement, hal. 66]. Pada belakang hari, banyak musuh-musuh dakwah Imam Muhammad Ibn Abdul Wahhâb akhirnya menjadi kagum terhadap dakwah dan memahami esensi dakwahnya yang sebenarnya, melalui membaca buku-buku dan karya-karyanya. Mereka mempelajari bahwa dakwah ini adalah dakwah Islam yang murni dan terang, yang Alloh mengutus semua Nabi-Nya alaihim`us Salâm untuknya untuk dakwah tauhîd ini. Perlu dicatat pula, bahwa diantara karakteristik mereka yang berdakwah kepada tauhîd adalah, adanya penghormatan yang sangat besar terhadap al-Qur`ân dan sunnah Nabi. Mereka dikenal sebagai kaum yang mendakwahkan untuk berpegang kuat dengan hukum Islam, memurnikan tashfiyah dan mendidik tarbiyah bahwa peribadatan hanya milik Allôh semata serta memberikan respek terhadap para sahabat nabî dan para ulamâ` Islâm. Mereka adalah kaum yang dikenal sebagai orang yang lebih berilmu di dalam masalah ilmu Islam secara mendetail daripada kebanyakan orang selain mereka. Telah menjadi suatu pengetahuan umum bahwa dimana saja ada seorang salafî bermukim, kelas-kelas yang mengajarkan ilmu sunnah tumbuh subur. Sekiranya istilah “Wahhâbî” ini digunakan untuk para pengikut dakwah, bahkan sekalipun dimaksudkan untuk mengecilkan hati ummat agar tidak mau menerima dakwah mereka, tetaplah salah baik dulu maupun sekarang, menyebut dakwah ini dengan sebutan “Wahhâbiyyah”. Imâm Muhammad ibn Abdul Wahhâb berdakwah menyeru kepada jalan Rasulullâh Shallâllâhu alaihi wa Sallam dan para sahabat nabi, beliau tidak berdakwah menyeru kaum muslimin supaya menjadi pengikutnya. Dakwah beliau bukanlah sebuah aliran/sekte baru, namun dakwah beliau adalah kesinambungan warisan dakwah yang dimulai dari generasi pertama Islam dan mereka yang mengikuti jalan mereka dengan lebih baik. Rules kalau tidak setuju, kemukakan dengan santun, atau antum balas dengan dalil shahih jika salah… 'afwan jika mungkin ada yang tidak terima dengan ini… semoga Allah memberikan kita pemahaman agama yang benar seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam… aamiin… Baarakallahu Fiikum

apa itu aswaja dan salafi